52
Juta Perempuan Indonesia Berisiko Kanker Serviks
JAKARTA, Kanker serviks atau leher rahim
merupakan penyebab utama kematian karena kanker di kalangan perempuan di
Indonesia. Hal ini disebabkan mayoritas penderita datang untuk berobat
ketika keadaan kesehatannya telah kritis atau ketika penyakitnya sudah
stadium lanjut. Untuk itu, pemeriksaan kesehatan dengan tes pap smear perlu dilakukan secara rutin sebagai deteksi dini
kanker itu.
Demi
menumbuhkan kesadaran untuk melindungi diri para perempuan dari kanker
Serviks, Kepala Bidang Pendidikan dan Penyuluhan Yayasan Kanker
Indonesia Sumarjati Arjoso, Jumat (22/8), di Jakarta, menyatakan,
sosialisasi kepada masyarakat mengenai seluk-beluk penyakit kanker
serviks, termasuk gejala, pencegahan dan deteksi dini harus terus
dilakukan.
Keberhasilan
Yayasan Kanker Indonesia dalam melaksanakan program penyuluhan
pencegahan dan penanggulangan kanker serviks selama puluhan tahun dan
program-program mendatang akan dipaparkan dalam forum Kongres Kanker
Sedunia Tahun 2008, di Geneva, akhir Agustus nanti.
Yayasan Kanker Indonesia memaparkan,
angka kematian kanker serviks terbanyak di antara jenis kanker lain di
kalangan perempuan. Diperkirakan, 52 juta perempuan Indonesia berisiko
terkena kanker serviks, sementara 36 persen perempuan dari seluruh
penderita kanker adalah pasien kanker serviks. Ada 15.000 kasus baru per
tahun dengan kematian 8.000 orang per tahun.
Angka harapan hidup lima tahun jika
kanke r ini diketahui dan diobati pada stadium 1 adalah 70-75 persen,
pada stadium 2 adalah 60 persen, pada stadium 3 tinggal 25 persen, dan
pada stadium empat penderita sulit diharapkan bertahan. "Jika penyakit
ditemukan saat masih lesi pra kanker, penderita b isa diobati secara
sempurna," ujarnya.
P
enyakit ini bisa dicegah dengan vaksinasi. Masalahnya, vaksin untuk
melindungi diri kita dari virus HPV penyebab kanker serviks itu
harganya mahal, sehingga tidak terjangkau semua lapisan masyarakat,
kata Sumarjati menjelaskan. Oleh karena itu, deteksi dini dengan
melakukan tes pap smear secara rutin perlu dilakukan.
Namun, b udaya dan adat ketimuran di
Indonesia telah membentuk sikap dan persepsi yang jadi penghalang bagi
perempuan untuk membuka diri kepada profesional medis dan berdaya diri
melindungi kesehatan reproduksinya. Akibatnya, lebih dari 70 persen
penderita kanker serviks datang untuk berobat ketika keadaan
kesehatannya telah kritis, dan penyakit ditemukan dalam stadium lanjut
hingga sulit diobati.
Untuk itu, YKI menginisiasi kampanye edukasi kesadaran publik
Bantu Cegah Kanker Serviks Sekarang pada tahun 2007 lalu dengan tujuan
menyebarkan pengetahuan dan referensi mengenai seluk-beluk penyakit
kanker serviks termasuk penyebab, faktor risiko, gejala, pencegahan,
deteksi dini dan pengobatan. Selain itu, kampanye tersebut bertujuan
memba ngkitkan kesadaran untuk melindungi diri dan menggugah daya diri
perempuan untuk mampu menentukan sikap bagi kesehatan pribadi terutama
organ reproduksinya.
Kami
berprinsip, mencegah lebih baik daripada mengobati, dan bahwa kanker
yang ditemukan dalam stadium dini akan mempunyai kemungkinan sembuh dan
harapan hidup lebih besar daripada kanker stadium lanjut, kata
Sumarjati. Sejauh ini, YKI bekerja sama dengan berbagai pihak mulai
dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Kementerian Pemberdayaan
Perempuan, BKKBN, dan lembaga-lembaga swadaya perempuan, serta
perusahaan swasta terutama dari industri farmasi untuk terus secara
konsisten menggulirkan dan menyuarakan pesan ini.
Hasl yang dicapai dari upaya itu antara
lain, meningkatnya kesadaran perempuan untuk melakukan tes pap smear,
banyak permintaan untuk edukasi dalam forum-forum publik dan
kelompok-kelompok komunitas perempuan dari berbagai segmen secara
nasional. Kami berharap kesadaran perempuan terhadap bahaya kanker
serviks ini diikuti dengan aksi nyata yang bermanfaat bagi kesehatan
mereka dengan melakukan tes pap smear dan imunisasi, kata Direktur Unit
Bisnis PT Merck dr Ping Ping.
No comments:
Post a Comment