Monday, December 6, 2010

Jalan Menuju Trans Sungipinang Hancur

Transmigran Sungaipinang susah payah untuk sekadar keluar dari rumah.
 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Sungaipinang di Kecamatan Tambangulang, Kabupaten Tanahlaut (Tala) kian sepi. Satu demi satu penghuninya hengkang menyusul tak berkesudahannya deraan bencana alam.
   
Penuturan transmigran Sungaipinang, kemarin, di lokasi saat ini cuma tinggal enam KK yang masih bertahan. Sebagian besar penghuni trans setempat tak tahan lagi berada di lokasi karena makin sulitnya akses keluar dan kian terpuruknya keuangan keluarga.
   
Beberapa transmigran yang dua bulan lalu masih bertahan di lokasi, sejak beberapa pekan lalu secara terpisah mereka keluar lokasi. Namun mereka tak pergi terlalu jauh dari lokasi. Umumnya numpang di pondok-pondok darurat di ladang milik warga lokal yang masih berada di wilayah Desa Sungaipinang.
   
Namun ada pula yang ngekos di desa tetangga seperti di Desa Tambangulang, berjarak belasan kilometer. Mereka masih kerap bolakbalik ke lokasi melihat kondisi rumah.
   
Beban hidup yang mereka jalani memang cukup berat. Impian meretas hidup baru dari usaha bercocoktanam hingga kini hanya tinggal harapan.
   
Hingga kini lahan usaha yang ada tak bisa digarap karena terus menerus kebanjiran. Sejak beberapa bulan silam sampai sekarang genangan air tak kunjung surut. Bahkan belakangan ini cenderung kian dalam menyusul kembali meningginya intensitas curah hujan.
   
Sejak awal mereka tiba di lokasi November 2008 lalu, banjir telah meluapi kawasan transmigrasi Sungaipinang. Lahan sempat mengering pertengahan 2009 lalu, namun kembali kebanjiran tahun ini. Persoalan lain muncul yakni okupasi lahan oleh warga lokal dari luar Kecamatan Tambangulang yang hingga sekarang belum tuntas.
   
Untuk bertahan hidup, mereka yang masih bertahan terpaksa banting tulang dengan menjadi kuli bangunan, buruh tani, dan pekerja harian lepas di perusahaan sawit. Ini harus mereka lakukan karena jaminan hidup (jadup) telah lama berakhir.
   
Akses jalan poros yang menghubungkan lokasi trans dan jalan utama Desa Sungaipinang sejauh lima kilometer kondisinya kini juga makin hancur. Di beberapa titik badan jalan berubah menjadi lumpur sehingga sepeda motor saat ini tak bisa lagi lewat.
   
Kepala UPT Sungaipinang Silalahi tak menepis makin hancurnya badan jalan itu. "Memang makin sulit dilewati. Kalau hujan tak bisa dilewati, tapi kalau panas kendaraan masih bisa lewat walau sangat sulit," katanya.
   
Kondisi itu diakuinya makin menyulitkan transmigran yang masih bertahan di lokasi bepergian keluar mencari nafkah. "Yang masih bertahan di lokasi sekarang ini ada tujuh KK. Beberapa orang lainnya sejak beberapa minggu lalu hijrah menempati pondokan di sawah milik warga lokal," kata Silalahi.


Desember Jadup Terakhir
   
DI tengah kegalauan transmigran Sungaipinang saat ini, ada kabar menyejukkan. Usulan Disnakertranssos Tala ke Depnaker pusat untuk memohon perpanjangan jadup selama tiga bulan disetujui.
   
"Alhamdulillah akhirnya disetujui. Tapi ini jadup tambahan yang terakhir kalinya, karena ini adalah jadup tambahan yang  ketiga. Jadup tambahan terakhir ini untuk bulan Oktober hingga Desember," sebut Kadisnakertranssos Tala H Syahrian Nurdin seraya mengatakan jadup tambahan itu berupa beras, per KK 20 kilogram.
   
Tambahan jadup itu setidaknya sedikit mengurangi beban hidup transmigran Sungaipinang selama menunggu hasil panenan usahatani di lahan kering yang kini sedang penyiapan (pembajakan) lahan. Transmigran mendapat pinjaman lahan kering seluas 10 hektare oleh Pemkab Tala.

No comments: